Idhul Fitri 1431 H bareng keluarga dan tetangga di Blitar
Jumat, November 05, 2010 | Author: Mr.Rofi
Setelah 30 hari berpuasa, menahan lapar, haus & hawa nafsu akhirnya hari raya Idhul Fitri 1431 H datang juga. Setiap tahun tentunya momen hari raya idhul fitri sangat ditunggu-tunggu oleh perantau atau pekerja migran untuk kembali ke kampung halaman. Pun saya, setelah menetap & bekerja di Jakarta selama 1 tahun terakhir ini, saya tidak ingin melewatkan moment untuk berkumpul bersama orang tua & keluarga yang ada di blitar (pacar di kampUng juga tidak ketinggalan, hehe…). Tapi, tidak semudah itu untuk bisa merasakan nuansa mudik, karena saya bekerja di instasi pemerintah bidang kelistrikan & harus menjaga kelancaran pasokan listrik di Jakarta serta bekerja berdasarkan shift, saya harus memutar otak untuk bisa merubah jadwal & berkoordinasi bersama teman-teman yang lain, supaya bisa ikut mudik saat lebaran tanpa mengganggu jadwal pelayanan. Untungnya saya memiliki teman-teman kerja yang bisa mengerti keadaan, jadi mereka masih mau menggantikan saya untuk masuk kerja selama saya pulang kampung, hufth... satu masalah terselesaikan
Karena saya baru bisa pulang H-2, so pasti semua tiket armada jurusan Jakarta-Blitar sudah habis ludes terjual. Satu-satunya harapan untuk bisa sampai kampung adalah kereta api Matarmaja kelas ” Ekonomi ” ( sudah bisa dibayangkan bagaimana penuh sesaknya di dalam, asongan, pengamen, bau keringat, semua pasti bercampur jadi satu,hmmm ), tapi hal itu sudah biasalah, apapun kondisinya “ yang penting heppy “. saya hanya bisa berdo’a semoga diberi kelancaran di jalan dan selamat sampai tujuan. Singkat cerita tiket sudah di tangan, dan saya sudah standby di stasiun pasar senen, Jakarta pusat sejak pukul 13.30 WIB, kalau sesuai jadwal kereta berangkat jam 14.00 WIB, tapi jam karet sepertinya sudah mengakar di Indonesia, hehe. Tapi semua tidak seperti yang saya bayangkan, sepertinya Allah menjawab do’a saya, tidak seperti tahun kemarin, kereta ekonomi yang biasanya penuh sesak, kali ini bisa dibilang cukup longgar, setidaknya saya bisa duduk di kursi yang lumayan empuk.

Haduhh, rasanya sudah ndak sabar pengen ketemu Bapak Ibu’, karena kita sudah hampir 6 bulan tidak bertatap muka, jadi kebayang waktu masih tinggal bareng orang tua dulu_hiks. Akhirnya kereta tiba di stasiun kota blitar jam 07.15 WIB, dan begitu saya turun dari kereta, ternyata Bapak & Ibu’ sudah datang duluan buat jemput. Good, betapa beruntungya saya punya seorang Bapak & Ibu’ yang super man and wonder woman, siap setia di mana saja_hehe. Tanpa membuang waktu, kita segera bergegas pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah saya langsung mandi & beres-beres barang bawaan. Next, saya bantu-bantu Ibu’ untuk menyiapkan acara besok, yaitu Hari lebaran. Sudah menjadi tradisi setiap Lebaran, orang-orang di kampung saya selalu memberi jamuan kepada semua orang yang datang bersilaturahmi ke rumah-rumah mereka. Dari pagi sampai sore, akhirnya kita sudah siap untuk menyambut hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat muslim di dunia ini, hari Lebaran.
Malam harinya saat Takbiran, sebagai anak muda, saya dan teman-teman yang seumuran melaksanakan takbiran keliling kampung. Wahh, nuansa kehangatan lebaran benar-benar sangat berasa. Selain menambah kekompakan antar generasi muda, acara takbir keliling semakin mempererat tali persahabatan kita. Apalagi kita dapat berkumpul kembali bersama-sama teman main kita dulu sewaktu kecil, serasa membuka kembali semua memori yang tersimpan, hehe.
Foto bersama bapak, ibu' & nenek
Jam sudah menunjukkan pukul 04.30 WIB, kali ini Ibu’ membangunkan saya agar siap-siap ke Masjid untuk sholat Idhul Fitri. Setelah saya selesai mandi, Bapak & Ibu’ juga sudah siap, kemudian kita bersama-sama ke Masjid yang ndak begitu jauh dari rumah, hanya berjarak sekitar 300m. Begitu sampai masjid, kita langsung beribadah sampai selesai. Seperti tahun-tahun sebelumnya setiap kali selesai sholat Idhul Fitri, semua jamaah bermaaf-maafan sebelum pulang ke rumah masing-masing. Jadi di sinilah nilai ukhuwah islamiyahnya benar-benar nyata.

Sudah menjadi tradisi di keluarga kami setiap hari pertama lebaran, kita selalu mengujungi orang yang lebih tua dulu untuk meminta maaf. Rumah nenek saya yang berada persis di belakang rumah saya, menjadi bascamp tempat berkumpul keluarga- keluarga kami. Tradisi saling memafkan pun kita mulai, saya minta maaf kepada Bapak, Ibu’, Kakek, Nenek, Paman, Bibi, Om, Tante, Adik, Kakak, Sepupu, Keponakan semuanya, begitu pula sebaliknya. Lega rasanya hati ini setelah dimaafkan & memafkan kesalahan orang lain. Kita seperti keluarga baru, ndak ada rasa iri, dengki atau sakit hati sekalipun, yang ada hanyalah rasa suka cita atas kemenangan.
Camilan khas lebaran
Setelah acara maaf-maafan antar keluarga selesai, selanjutnya kita mengujungi tetangga-tetangga di sekitar rumah kita. Sama seperti acara sebelumnya, sambil silaturahim kita juga meminta maaf atas kesalahan kita, dan yang ndak kalah ketinggalan adalah saya selalu mencari-cari ” makanan / cemilan khas” dari setiap rumah, ya itung-itung sambil wisata kuliner lah, hehe. Intinya hari pertama ini penuh dengan acara silaturahmi ke tetangga-tetangga, meskipun capek tetapi saya merasa senang banget, karena ini adalah acara tahunan, dan hanya pada saat lebaran inilah kita bisa bertemu, berkumpul & bersilaturahmi dengan orang-orang yang ada di sekitar kita

Sayangnya saya ndak bisa terlalu lama berlibur lebaran di rumah, karena harus segera kembali ke jakarta untuk masuk kerja. Jadi hari lebaran kedua saya habiskan untuk istirahat di rumah berkumpul bersama-sama Bapak & Ibu’. Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB, saya harus segera siap-siap karena kereta tujuan Blitar-Jakarta berangkat Jam 14.00 dari stasiun Blitar. Setelah semua beres, saya langsung di antar Bapak & Ibu’ ke stasiun yang butuh waktu kurang lebih 45 menit dari rumah. Hufth....sebenarnya saya masih pengen bisa berlama-lama & menghabiskan waktu bersama-sama keluarga di rumah, tapi apa daya, tugas mengabdi pada nusa & bangsa sudah menunggu (cciyyeee...). Begitu sampai stasiun saya langsung naik ke kereta, tak lupa Bapak & Ibu’ selalu memberi nasehat ” sing ati-ati yo le, ojo lali sholat’e ”. Hmm, tiap kali denger nasehat orang tua, saya jadi terharu. Ternyata benar kata orang bijak bahwa kasih sayang orang sepanjang massa & tak lekang oleh waktu. I LOVE U MOM, LOVE U DAD.....
Begitulah selintas perjalanan saya selama mudik Lebaran kemarin, banyak pelajaran-pelajaran yang bisa diambil, salah satunya adalah pentingnya menjaga dan mepererat tali silaturami antar masyarakat serta kasih sayang orang tua yang tidak akan pernah luntur meskipun kita berada jauh dari mereka.

This entry was posted on Jumat, November 05, 2010 and is filed under , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: